Ini Karakter Megathrust Secara Tektonik di Indonesia

Gempa Jogja 27 Mei 2006 yang berpusat di Kabupaten Bantul silam menewaskan ribuan jiwa.
Gempa Jogja 27 Mei 2006 yang berpusat di Kabupaten Bantul silam menewaskan ribuan jiwa.

TABLOIDELEMEN.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan zona megathrust justru lebih banyak gempa berkekuatan kurang dari M 6,0 dan tidak harus berkekuatan magnitudo besar.

Gempa magnitudo kecil M 3,0, M 4,0 dan M 5,0 paling banyak terjadi di zona ini,” imbuhnya.

Secara tektonik di Indonesia terdapat 13 segmentasi sumber gempa zona megathrust, yakni megathrust Aceh-Andaman M 9,2, megathrust Nias-Simeulue M 8,7.

Bacaan Lainnya

Lalu, megathrust Batu M 7,8, megathrust Mentawai-Siberut M 8,9. Ada pula megathrust Mentawai-Pagai M 8,9, megathrust Enggano M 8,4, megathrust Selat Sunda-Banten M 8,7.

Kemudian megathrust Jabar-Jateng M 8,7, megathrust Jawa Timur M 8,7, megathrust Sumba M 8,5, megathrust Sulawesi Utara M8,5, megathrust Lempeng Laut Filipina M 8,2 dan megathrust Utara Papua M 8,7.

Megathrust Mentawai-Siberut, Megathrus selat Sunda Banten dan megathrust Sumba merupakan seismic gap.

Seismic gap adalah zona sumber gempa aktif tetapi belum terjadi gempa kuat dalam rentang  puluhan hingga ratusan tahun terakhir.

“Sejarah gempa membuktikan bahwa wilayah Selatan Banten dan Selat Sunda mengalami kekosongan gempa besar besar (Seismic Gap) sejak 1757 (267 tahun).

Menurut Kepala pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Ir Prayitno, informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk  mencegah risiko kerugian

Baik sosial ekonomi dan korban jiwa, apabila terjadi gempa kuat dan membangkitkan tsunami dengan skenario terburuk.

Oleh karena itu, perlu mitigasi secara struktural maupun non struktural. Mitigasi struktural yaitu dengan membuat bangunan tahan gempa, menyiapkan jalur-jalur evakuasi, dan menentukan tempat evakuasi.

“Potensi gempa dan tsunami akan selalu ada dan kapan terjadinya ada prediksi yang tepat. Sehingga perlu ada upaya penyiapan mitigasi,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *