Ada pula yang berpendapat bahwa kesenian ini adalah sejenis puisi rakyat yang mempunyai unsur-unsur keagamaan, contohnya ketika orang-orang Madinah menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, Hadroh dikenal juga sebagai media khotbah, wirid, dan pembacaan Qur’an.
Kesenian ini memang dipakai oleh kaum Anshar untuk menyambut kedatangan Nabi setelah hijrah dari Makkah.
Syair yang dilantunkan adalah shalawat “Thala’al Badru” sebagai ungkapan kebahagiaan mereka atas kehadiran Nabi.
Namun di kala itu, alat musik yang dipakai masih sederhana. Dalam perkembangannya, kesenian ini memiliki alat musik dominan, yakni tamborin.
Juga ada gendang yang dipukul oleh lima orang atau lebih, satu orang penyanyi, dan delapan orang penari atau lebih.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News