TABLOIDELEMEN.com – Saat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia memiliki kebijakan popular pada tahun 1999 silam.
Yaitu meliburkan sekolah sebulan penuh pada bulan Ramadan.
Gus Dur tidak hanya sekedar meliburkan sekolah begitu saja, melainkan Gus Dur mengimbau sekolah-sekolah untuk membuat kegiatan pesantren kilat.
Kebijakan populer Gus Dur ini menjadi penting, karena memberikan kesempatan bagi anak-anak sekolah agar lebih fokus dalam belajar agama Islam.
Selain itu, menurut Gus Dur kebijakan ini membuat anak-anak sekolah bisa lebih fokus untuk mengembangkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama selama bulan Ramadan.
Karena, bulan Ramadan menjadi bulan suci umat Islam bisa menjalani aktivitas harian secara hati-hati, secara lebih menaruh perhatian pada perbaikan iman dan ketakwaan.
Sebagai informasi, sebenarnya libur sekolah selama bulan Ramadan sudah menjadi tradisi di Indonesia.
Sayangnya, sejak tahun 1978, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Soeharto, Daoed Joesoef mengubah aturan tersebut.
Daoed Joesef mengubah libur Ramadan hanya beberapa hari di awal bulan puasa, kemudian di akhir Ramadan menjelang lebaran.
Ia berpendapat lain terkait menghapus tradisi tersebut, ia menganggap bahwa kebijakan libur sekolah di bulan Ramadhan merupakan pembodohan.
Dari pemerintah kolonial kepada bangsa Hindia Belanda yang beragama Islam.
Hamka sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat itu menentang kebijakan Daoed yang menghapus libur puasa.
Menurutnya, kebijakan menghapus libur sekolah selama bulan puasa itu tidak bisa secara mendadak.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News