TABLOIDELEMEN.com – Deputi Bidang Klimatologi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Ardhasena Sopaheluwakan memaparkan ada beberapa faktor global ikut memengaruhi musim hujan tahun ini.
Contohnya Indian Ocean Dipole (IOD) negatif yang membawa tambahan uap air dari Samudra Hindia, serta suhu muka laut Indonesia yang lebih hangat dari nomal.
Pada Agustus 2025, fenomena El Nino–Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral (indeks –0,34), sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik.
Namun demikian sisi lain, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks –1,2).
Hal ini menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia khususnya bagian barat.
Musim Hujan
Bukan hanya itu, Ardhasena menegaskan bahwa suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia lebih hangat (+0,42) dari rata-rata klimatologis.
Sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intensif.
Prediksi ENSO netral bertahan hingga akhir 2025, sementara prakiraan IOD negatif berlangsung hingga November 2025.
Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini
“Hal ini guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan,” katanya.
Namun, ada 193 ZOM atau 27,6 persen wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan di atas normal, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua.
“Masyarakat perlu waspada kondisi ini. Karena meningkatkan potensi banjir, banjir bandang, tanah longsor, hingga angin kencang,” katanya
Ia menekankan perlunya langkah mitigasi sejak dini, mulai dari perbaikan drainase, pengelolaan waduk
“Hingga kesiapan evakuasi masyarakat di daerah rawan,” katanya.

Satu di antara cara untuk mendapatkan hasil menulis yang maksimal adalah dengan melihatnya sebagai sebuah petualangan.
Hanya dengan berpetualangan, saya mengetahui dan menemukan keberagaman materi tulisan.
Baca update artikel lainnya di Google News