TABLOIDELEMEN.com – Badai Matahari bakal menghantam Bumi dengan sangat kuat.
Prediksinya bakal terjadi dan muncul akhir tahun 2023 dan badai ini menjadi yang terkuat, bahkan lebih kuat dari tahun 2017 silam.
Peneliti Pusat Antariksa di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Johan Muhammad mengatakan, dampak untuk Indonesia dari badai Matahari tidak sebesar daerah yang berada di lintang tinggi seperti di sekitar kutub Bumi.
Karena letak Indonesia yang berada di khatulistiwa.
Meski demikian, kata Johan, tidak berarti Indonesia bebas dari dampak badai Matahari.
Mengutip laman BRIN, cuaca antariksa akan banyak berdampak pada gangguan sinyal radio frekuensi tinggi (HF) dan navigasi berbasis satelit.
“Di Indonesia, cuaca antariksa akibat aktivitas Matahari dapat mengganggu komunikasi antar pengguna radio HF dan mengurangi akurasi penentuan posisi navigasi berbasis satelit, seperti GPS,” kata Johan.
Selain itu, ada potensi gangguan teknologi satelit dan jaringan ekonomi global.
Gangguan pada satelit dan jaringan kelistrikan di wilayah lintang tinggi seperti kutub akibat cuaca antariksa.
Tentunya juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia di Indonesia secara tidak langsung.
Selain itu, Johan juga membantah istilah kiamat badai Matahari. Menurutnya istilah itu keliru dan perlu diluruskan.
“Tidak ada istilah seperti itu di kalangan masyarakat ilmiah. Kita telah hidup lama berdampingan dengan cuaca antariksa. Aktivitas Matahari rutin terjadi. Yang perlu kita pahami adalah bagaimana prosesnya dan memitigasi dampak negatifnya semampu kita,” ujarnya.
![](https://tabloidelemen.com/wp-content/uploads/2024/12/Logo-Elemen.png)
Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News