BNN Purbalingga: Guru BK Ungkap Pelajar SMP Salahgunakan Obat Psikotropika

Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Purbalingga mengapresiasi guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah yang membantu melaporkan terkait penyalahgunaan obat psikotropika.
Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Purbalingga mengapresiasi guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah yang membantu melaporkan terkait penyalahgunaan obat psikotropika.

TABLOIDELEMEN.com – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Purbalingga mengapresiasi guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah yang membantu melaporkan terkait penyalahgunaan obat psikotropika.

“Dari 33 kasus yang terdeteksi, sebagian besar terungkap berkat para guru BK di sekolah,” kata Kepala Tim Rehabilitasi BNN Purbalingga, Awan Pratama, Senin 6 Oktober 2025.

Ia menjelaskan, biasanya guru BK mendeteksi dengan melihat ciri-ciri perubahan perilaku siswa. Misalnya mulai curiga dengan ciri-ciri perubahan perilaku siswa.

“Seperti sering mengantuk, lemas, sering telat, tidak disiplin hingga sering izin ke toilet,” katanya.

Ia menambahkan, terkadang pada saat ada sosialisasi, pihaknya biasanya menanyakan ke pihak sekolah, ada tidak yang mengarah ke hal tersebut

Bacaan Lainnya

“Kalau ada biasanya kami minta izin. Kalau boleh akan langsung kita intervensi dengan rehabilitasi on the spot. Agar anak tidak perlu ke BNN dan agar privasinya lebih terjamin,” katanya.

Selain melalui guru BK, Awan menjelaskan, ada beberapa pelajar yang secara sukarela mendatangi langsung kantor BNN untuk direhab.

Menurutnya ada tiga alasan utama seseorang mau untuk ikut menjalani rehabilitasi, pertama karena temannya sudah tertangkap.

Kedua karena melihat temannya sudah terkena dampak dan karena ia sendiri yang sudah mulai merasakan dampaknya.

“Ini yang jadi keprihatinan bagi kami. Karena dari 33 kasus paling banyak itu di rumpun psikotropika. Itu di dalamnya adalah sedatif atau obat penenang. Nah mereka ternyata mencari sensasi itu,” katanya.

Namun, meski sudah menjalani 8-12 kali pertemuan konseling, tidak semua klien bisa langsung terbebas dari jeratan penyalahgunaan obat.

Faktor lingkungan dan dukungan keluarga menjadi penentu keberhasilan rehabilitasi.

“Kalau keluarga masih acuh, atau anak tetap berteman dengan circle lamanya, resiko untuk kembali lagi itu ada. Karena itu, kami selalu libatkan orang tua dalam proses rehabilitasi,” katanya.

 

 

Pos terkait