TABLOIDELEMEN.com – Kabupaten Pemalang mempunyai ragam kain tradisional yaitu sarung goyor. Namanya berasal dari bahasa jawa “goyor” yang berarti lembek.
Hal ini merujuk pada tekstur sarung yang cenderung halus dan tidak kaku.
Kain ini sekaligus menjadi identitas Pemalang. Masyarakat di sini sudah membuatnya dengan ragam motifnya sejak 1980 hingga sekarang.
Awalnya, pembuat sarung ini berasal dari Desa Wanarejan Utara, yang kemudian menyebar ke daerah Kelurahan Beji dan sekitarnya.
Konsistensi para perajin membuat Pemerintah Kabupaten Pemalang telah menjadikan dua wilayah tersebut sebagai sentra industri sarung goyor.
Dua wilayah ini berjarak tiga kilometer arah timur dari Alun-Alun Pemalang, dan dapat ditempuh sekitar sepuluh menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
Pemandangan berbeda terasa saat tiba di kawasan sentra.
Beberapa perajin juga terlihat sedang memilin benang sambil bercakap.
Satu yang paling khas, Anda akan mendengar suara klothak-klothak yang berasal dari alat tenun dari kayu yang digunakan para perajin dari dalam pabrik rumahan.
Proses pembuatan sarung ini ternyata sangat panjang. Setidaknya ada sepuluh langkah yang kemudian masuk menjadi empat tahapan besar.
Yakni dari pemilihan benang, pewarnaan, penggulungan,dan penenunan kain.
Benangnya pun dibedakan menjadi dua, yakni benang pakan untuk dasar sarung serta benang lungsi sebagai motif.
Proses yang panjang ini membuat pengerjaan sarung biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok benang dan kelompok tenun.
Aktivitas yang cukup memikat mata tentu proses pembuatannya yang sangat tradisional sekaligus menjadi ciri khas utama sarung goyor.
Andalkan Alat Tenun Bukan Mesin
Kebanyakan perajin menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang berbahan dasar kayu dan harus memakai tenaga manusia dengan cara menggenjot dan menarik.
Penggunaan ATBM membuat kualitas kain lebih terjaga dan motif yang tertanam dapat terlihat lebih otentik.
Proses penggulungan benang pun masih menggunakan kerekan, mereka juga memakai baki khusus dari kayu untuk melukis motif pada sarung.
Pemakaian benang rayon juga memberi karakteristik lainnya. Karena benang ini dapat berbeda fungsinya sesuai musim.
Saat memakainya dalam musim panas, sarung goyor akan memberi efek lebih sejuk, nyaman, dan halus bagi mereka yang memakainya.
Sebaliknya, mereka juga akan merasa hangat saat menggunakan sarung ini di musim dingin.
Soal motif, Anda dapat memilih ragamnya mulai dari motif kembangan (bunga), prilikan, dan nanasan.
Motif yang terakhir telah menjadi ciri khas sarung goyor Pemalang yang kebetulan identik dengan nanas.
Masing-masing motifnya memiliki makna. Ramainya gambar yang ada pada motif kembangan dan nanasan mengusung keindahan dan estetika bagi para pemakainya.
Adapun motif prilikan sendiri bermakna kesederhanaan.
Dalam sehari, seorang perajin bisa menenun sekitar empat sampai lima sarung. Jumlahnya dapat berubah menyesuaikan pasar dan ketersediaan bahan baku.
Harga pasarannya sendiri mulai dari Rp 150.000 sampai dengan jutaan rupiah, bergantung dari tingkat kesulitan motif dan tenunan.
Sarung hasil para perajin di sana bahkan sudah bisa ekspor ke beberapa belahan dunia seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Arab Saudi, Mesir, hingga Maroko.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update artikel lainnya di Google News
















