4 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia yang Penuh Makna, Ada Megibung dari Pulau Bali

Tradisi Megibung masyarakat Pulau Bali untuk menyambut Ramadan Foto:Shutterstock_Odua Images
Tradisi Megibung masyarakat Pulau Bali untuk menyambut Ramadan Foto:Shutterstock_Odua Images

TABLOIDELEMEN.com – Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki tradisi menyambut Ramadan yang berbeda-beda.

Tradisi-tradisi menyambut Ramadan telah ada secara turun-temurun sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya dan adat istiadat.

Setiap tradisi masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan tersebut menyimpan makna mendalam.

Bacaan Lainnya

Tujuannya untuk menyucikan diri, saling mendoakan dan memaafkan.

Sekaligus menjalin silaturahmi antar sesama dalam menyambut kehadiran bulan suci Ramadan.

Berikut 8 tradisi menyambut Ramadan di Indonesia yang penuh suka cita dan sangat bermakna:

1.Megibung dari Pulau Bali

Umat Muslim yang berada di Kabupaten Karangasem, Pulau Bali juga memiliki tradisi menyambut Ramadan.

Pelaksanaan tradisi Megibung yaitu dengan kegiatan memasak dan makan bersama sambil duduk melingkar.

Uniknya, tradisi Megibung memiliki tata penataan makanan yang unik.

Nasi akan terpapar dalam wadah dengan sebutan gibungan.

Sedangkan, lauknya tersaji di sebuah alas karangan.

Menurut kepercayaan, tradisi Megibung merupakan bentuk mempererat persaudaraan dan kebersamaan.

Tradisi Megibung yang dilakukan masyarakat Bali untuk menyambut Ramadan (Shutterstock/Odua Images)

2.Nyorog dari Suku Betawi

Masyarakat asli Jakarta atau suku Betawi memiliki banyak tradisi yang masih tetap lestari hingga saat ini.

Salah satunya adalah tradisi Nyorog atau kegiatan memberikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua.

Baik itu orang tua atau mertua yang sudah berbeda rumah, maupun ke tokoh daerah setempat.

Tradisi Nyorog tidak hanya berupa kegiatan berkirim makanan saja.

Justru, tradisi menyambut Ramadan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan.

Sekaligus menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar sesama.

3.Cucurak dari Suku Sunda

Selanjutnya ada tradisi Cucurak atau dalam bahasa Sunda mengandung arti sebagai bersenang-senang dan berkumpul bersama keluarga besar dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Selain berkumpul, tradisi Cucurak biasanya diisi dengan makan bersama beralas daun pisang sambil duduk lesehan.

Sajian menu mulai dari nasi liwet, tempe, ikan asin, serta sambal dan lalapan.

Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tradisi Cucurak tidak hanya sebagai kegiatan kumpul-kumpul dan makan bersama saja.

Tapi menjadi momen silaturahmi dan ajakan untuk saling bersyukur atas segala rezeki yang diberikan oleh Tuhan.

4.Padusan dari Suku Jawa

Masyarakat suku Jawa di Yogyakarta juga memiliki tradisi dalam menyambut Ramadan yang masih lestari hingga sekarang.

Namanya adalah Padusan, atau dalam bahasa Jawa yang artinya mandi.

Padusan ini sebagai bentuk penyucian diri.  Sekaligus membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadan.

Selain itu juga bisa berarti sebagai momen untuk merenung dan intropeksi diri atas perbuatan yang salah.

Sehingga, umat Islam bisa menjalankan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *