TABLOIDELEMEN.com – 14 Februari 1871 Masehi atau bertepatan dengan Selasa Kliwon, 24 Dzul Qa’dah 1287 Hijriah, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari lahir.
Mbah Hasyim (sapaannya) merupakan putra ketiga dari 11 bersaudara pasangan Kiai Asyari dan Nyai Halimah.
BACA JUGA: Hari Valentine, Ini Hukum dalam Islam Menurut NU dan Muhammadiyah
Kiai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepadanya.
Sedangkan,dari garis ibu merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang).
Mbah Hasyim juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dengan mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1899 M. Santri Mbah Hasyim mulanya hanya 28
Kemudian menjadi 200 orang pada 1910. Pada sepuluh tahun berikutnya, santri berlipat lagi menjadi 2000 orang. Namun, pada tahun 1942, murid Mbah Hasyim menjadi 25 ribu orang.
Dengan mengajak para santri untuk berjuang melawan penjajah karena berjuang melawan mereka hukumnya fardlu ain, yakni wajib bagi setiap muslimin Indonesia.
KH M Hasyim Asy’ari keluarkan fatwa jihad
Pada 22 Oktober 1945, Mbah Hasyim mengeluarkan fatwa jihad.
Isinya, hukum membela negara dan melawan penjajah adalah fardlu ain atau wajib bagi setiap mukallaf (orang dewasa) yang berada dalam radius 88 kilometer.
Jadi, pahala perang melawan penjajah setara jihad fi sabilillah.
Oleh karena itu, orang Islam yang gugur dalam peperangan itu dihukumi syahid. Fatwa jihad ini kemudian dikenal dengan istilah Resolusi Jihad.
Setelah agresi Militer Belanda pertama pada 21 Juli 1947. Persis 2 hari memasuki bulan Ramadhan.
Beberapa hari kemudian, pada 25 Juli 1947 atau 7 Ramadhan 1366 H, Mbah Hasyim Asy’ari wafat di usia 76 tahun
Mbah Hasyim dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Jombang, Jawa Timur
Sebagai kusuma bangsa, atas jasa-jasa perjuangannya, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepadanya.
Sebagai kaum muslimin Indonesia khususnya Nahdliyin, hendaknya menjadikan 14 Februari untuk mengirimkan doa terbaik kepada almaghfurlah. Alfatihah.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News